Islam sampai kepada kita saat ini tidak lain
berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai sosok penyampai
risalah Allah yang benar dan di ridhai. Dan nanti di padang mahsyar,
tiap umat Islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau dan menginginkan
berada di barisan beliau. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar
pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau akan berusaha mengikuti jejak
beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa
membasahi bibir ini dengan mendoakan beliau dengan cara memperbanyak
shalawat kepada Rasulullah SAW.
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah SAW tercinta, Sayyidina Muhammad SAW hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina Aisyah r.a mengatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah SAW merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.
Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang
koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah
sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan
istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa
canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi
miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah
kain beliau ditarik oleh seorang Badui hingga membekas merah dilehernya,
namun beliau hanya diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau
mengimami shalat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap
beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang
aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab r.a
bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung
penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?.”
“Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah SAW.
“Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda SAW menggerakkan tubuh, kami
mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami
yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar r.a penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullah SAW pun mengangkat jubahnya.
Para sahabat pun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis
tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai
penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan
bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak. Para sahabat pun
berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak
punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?.” Baginda
Rasulullah SAW pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu,
apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti
dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi
umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar
kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat
nanti.
Teramat agung pribadi Rasulullah SAW sehingga para
sahabat yang ditanya oleh seorang Badwi tentang akhlak beliau hanya
mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia
akhlak beliau. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak
manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.
Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau
contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam
hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam,
malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran
adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk
meng-esakan Allah SWT.
Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan
kita, umat Islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari
akhlak Rasulullah SAW, baik dalam tindakan maupun perkataan yang
menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan,
Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan
bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi
Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad SAW)”.
Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum
beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad SAW) lebih
dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia” (HR.
Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan diakui Rasulullah SAW sebagai
umatnya atau tidak kelak di yaumul qiamah. Namun satu yang pasti bahwa
semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama
berusaha untuk mengikuti akhlak beliau semampu diri kita, sebagai suri
tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela
sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal
demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.
Mari kita sampaikan salam dan shalawat kepada
Rasulullah SAW, yang dengannya kita akan peroleh cinta dan Syafa’atnya kelak
di yaumul mahsyar. insya Allah…Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar