Hingga kini, dunia masih terus mengenangnya. Tidak sedikit tetes air
mata mengalir tatkala mengingat kebesarannya. Malu rasanya
membandingkannya dengan keadaan kita saat ini. Rasa haru seketika
menyeruak kalau membaca kembali kisah-kisah perjuangannya; ketika dengan
penuh kasih sayang ia mengusap darah suaminya seusai perang dan
merawatnya dengan penuh perhatian; saat ia mengambil air sendiri dengan
berjalan jauh hingga membekas di dadanya; begitu beraninya ia menginap
di rumah Rasulullah SAW sementara ‘Ali r.a suaminya, menggantikan tempat tidur Rasulullah SAW saat orang-orang kafir Quraisy mengepung.
Fathimah Az Zahra r.a sangat besar perjuangannya. Tidaklah berlebihan jika
Rasulullah SAW menegaskan, atas dasar kecintaannya, bahwa manusia pertama
yang kelak duduk mendampinginya di surga tidak lain adalah Fathimah. Dia adalah putri dari seorang yang suci. Dia sendiri suci. Dari rahimnya
yang suci, kita pernah mendengar nama besar Al Hasan r.a dan Al Husain r.a. Ia
juga melahirkan Zainab r.a yang dari keturunannyalah kelak Imam Syafi’i
r.a mendapat tempat dan perlindungan.
Imam Nawawi Al Bantani pernah menuliskan keagungan Fathimah Az Zahra
r.a ketika berbicara masalah hak dan kewajiban suami istri bersama
Rasulullah SAW.
Nabi SAW bersabda kepada putrinya,
"Hai Fathimah, setiap istri yang
membuatkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah mencatat
baginya memperoleh kebajikan dari setiap butir biji yang tergiling, dan
menghapus keburukannya serta meninggikan derajatnya."
"Hai Fathimah, setiap istri yang berkeringat di sisi alat penggilingnya karena membuatkan bahan makanan untuk suaminya, maka Allah memisahkan antara dirinya dan neraka sejauh tujuh hasta."
"Hai Fathimah, setiap istri yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisirkan rambut mereka dan mencucikan baju mereka, maka Allah mencatatkan untuknya memperoleh pahala seperti
pahala orang yang memberi makan seribu orang yang sedang kelaparan, dan
seperti pahala orang yang memberi pakaian seribu orang yang telanjang."
"Hai Fathimah, setiap istri yang mencegah kebutuhan tetangganya, maka
Allah kelak akan mencegahnya (tidak memberi kesempatan baginya) untuk
minum air dari telaga Kautsar pada hari kiamat."
"Hai Fathimah, tetapi yang lebih utama dari semua itu adalah keridhaan
suami terhadap istrinya. Sekiranya suamimu tidak meridhaimu, tentu aku
tidak akan mendo’akan dirimu."
"Bukankah engkau mengerti, hai Fathimah, bahwa ridha suami itu menjadi bagian dari ridha Allah, dan kebencian suami merupakan bagian dari kebencian Allah."
"Hai Fathimah, manakala seorang istri mengandung, maka para malaikat
memohon ampun untuknya, dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh
seribu kebajikan dan seribu keburukannya dihapus. Apabila telah mencapai
rasa sakit (menjelang melahirkan) maka Allah mencatatkan untuknya
memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang berjihad di jalan
Allah. Apabila ia telah melahirkan, dirinya terbebas dari segala dosa
seperti keadaannya setelah dilahirkan ibunya."
"Hai Fathimah, setiap istri yang melayani suaminya dengan niat yang benar, maka dirinya terbebas dari dosa-dosanya seperti pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia tidak keluar dari dunia (yakni mati) kecuali tanpa membawa dosa. Ia
menjumpai kuburnya sebagai pertamanan surga. Allah memberinya pahala seperti seribu orang yang berhaji dan berumrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan untuknya hingga kiamat. Setiap istri yang melayani suaminya sepanjang hari dan malam hari disertai hati yang baik, ikhlas dan niat yang benar, maka Allah mengampuni dosanya. Pada hari kiamat kelak dirinya diberi pakaian berwarna hijau, dan dicatatkannya untuknya pada setiap rambut yang ada di tubuhnya dengan seribu kebajikan, dan Allah memberi pahala kepadanya sebanyak seratus pahala orang yang berhaji dan berumrah."
"Hai Fathimah, setiap istri yang tersenyum manis di muka suaminya, maka Allah memperhatikannya dengan penuh rahmat."
"Hai Fathimah, setiap istri yang menyediakan diri tidur bersama suaminya dengan sepenuh hati, maka ada seruan yang ditujukan kepadanya dari langit. “Hai Wanita, menghadaplah dengan
membawa amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang
berlalu dan yang akan datang.”
"Hai Fathimah, setiap istri yang meminyaki rambut suaminya demikian
pula jenggotnya, memangkas kumis dan memotong kuku-kukunya, maka Allah
kelak memberi minum kepadanya dari rahiqim makhtum (tuak jernih
yang tersegel) dan dari sungai yang ada di surga. Bahkan Allah kelak
akan meringankan beban sakaratul maut. Kelak dirinya akan menjumpai
kuburnya bagaikan taman surga. Allah mencatatnya terbebas dari neraka
dan mudah melewati sirath (titian)."
(Uqudul Lujain karya Imam Nawawi Al
Bantani, dari buku Disebabkan Oleh Cinta, Fauzil Adhim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar