Tauhid Melalui Syahadat

Sebelum kita mengenal Allah melalui asmaul husna yang merupakan jalan bagi seorang hamba dalam mengenal Allah sebagai Tuhannya. Selain itu, melalui asmaul husna ini pun agar supaya dalam tiap diri kita ada Allah, dalam gerak dan tingkah laku kita ada Allah, dalam hati dan pikiran kita ada Allah kemudian kita bisa membuktikan kepada alam dan seluruhnya bahwa betapa Allah SWT Maha Sempurna.


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu yang wajib dipelajari diantaranya pelajaran tauhid, tasawuf dan fiqih. Ketiga ilmu ini telah disepakati oleh para ulama sebagai fardu ‘ain, yang artinya tiap-tiap orang harus mempelajarinya dan tidak boleh bergantung kepada orang lain dalam pengamalannya. Sehingga apabila ada orang yang mengaku beriman kepada Allah namun ia tidak mempelajari ketiga ilmu ini maka dapat dikatakan tidak sempurna ia dalam menjalankan agama Allah. Ketiga ilmu yang wajib ini merupakan penjabaran atau penafsiran dari 2 pernyataan. 2 peryataan tersebut adalah “Ashadualaaillaha ilallah wa ashaduana muhammadan rasulullah”. Dari ketiga ilmu yang wajib tersebut membahas 2 kalimat syahadat. Maka apabila ada orang yang syahadatnya hanya satu kalimat atau lebih dari 2 kalimat dan lain dari yang disebutkan di atas maka imannya tidak benar. Sebagai contoh, apabila seseorang mengakui Allah sebagai Tuhannya namun tidak mengakui Muhammad sebagai Rasul-Nya atau bahkan mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad saw maka imannya tidak benar. Dengan demikian kalimat syahadat hanya terdiri dari 2 kalimat saja.

Apabila dikaji kalimat “Laillaha ilallah Muhammadun Rasulullah” maka terdapat lafaz yang benar di dalamnya. Apabila diawali dengan kata “Ashadu…” maka kalimat lengkapnya adalah “Ashadualaaillaha ilallah wa ashaduana muhammadan rasulullah” atau dapat juga dengan hanya satu ashadu, “Ashadualaaillaha ilallah wa ana muhammadan rasulullah”.
Namun apabila tidak diawali dengan kalimat “ashadu..” maka kalimatnya menjadi “Laaillaha ilallah muhammadun rasulullah”.

Beberapa ulama membawakan ilmu tauhid tidak melalui asmaul husna, namun mereka membawakan ilmu tauhid melalui penjabaran dari kalimat “Laillaha ilallah”. Ada ulama yang mentafsirkan kalimat “Laillaha ilallah” yang terdiri dari 12 huruf. Begitupun dengan kalimat “Muhammadun rasulullah” terdiri dari 12 huruf. Sehingga ada penafsiran bahwa orang yang benar di dalam iman dan tauhidnya maka 12 jam ia akan bersama Allah dan 12 jam bersama Rasulullah. Dikatakan pula bahwa 12 jam disiang hari ia akan mengikuti pola kehidupan Nabi Muhammad saw dan 12 jam pada malam hari ia akan mendekatkan diri hanya kepada Allah.

Tasiran yang kedua dari “Laillaha ilallah”, sebagian ulama melafazkan La dengan dipanjangkan menjadi “Laaaaaaaaaaa……..illaha ilallah”, seperti halnya dalam kalimat terakhir sewaktu mengumandangkan adzan. Bagi orang-orang tasawuf, ketika ia membaca La dengan dipanjangkan maka ia akan membayangkan segala hal yang mustahil bagi Allah dan segala hal yang tidak layak bagi Allah.  Hal ini bertujuan untuk menghadirkan segala hal yang mustahil bagi Allah di dalam hati dan pikiran kita.

Adapun Syeikh Abdul Qodir Jaelani mengajarkan untuk memasukkan salah satu dari kalimat ini ke dalam hati yakni “Laillaha” dijaharkan sedangkan “ilallah” di dalam hati. Hal ini memiliki maksud dan tujuan tersendiri untuk menghadirkan Allah di dalam hati dan pikiran kita.
Kalimat “Laillaha ilallah” selain dikenal sebagai kalimat syahadat juga dikenal sebagai kalimat toyyibah. Kalimat toyyibah artinya perkataan yang terbaik. Selain itu, kalimat ini juga merupakan kalimat yang paling tinggi, sehingga tidak ada kalimat lain yang lebih tinggi kedudukannya dari kalimat “Laillaha ilallah Muhammadun rasulullah”. Kalimat ini juga disebut sebagai kalimat tauhid, yakni kalimat pengesaan terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad saw. seperti dalam firman-Nya yang artinya :
“dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia" (QS. Al Ikhlas, 112:4)

Dengan demikian, kita mengesakan Allah dengan mengakui bahwa Allah hanya satu-satunya dan kita tidak menduakannya begitupun juga dengan Muhammad saw. kita tidak mengesakan Nabi Muhammad saw tetapi Muhammad tidak ada duanya dan hanya satu-satunya. Maksudnya adalah tidak ada satupun makhluk yang diciptakan oleh Allah sama seperti Nabi Muhammad saw.
Dikatakan bahwa Allah menggabungkan nama-Nya dengan Nabi Muhammad saw, yang berarti betapa tingginya kedudukan Rasulullah saw di sisi Allah SWT. Dengan demikian tidak ada satu makhlukpun yang memiliki kedudukan yang sama atau bahkan melebihi kedudukan Nabi Muhammad saw.

Di dalam maulid Ad’Daibai’ dijelaskan bahwa “aku sudah dikabarkan tentang Nabi Muhammad namun ia masih berada didalam bayang-bayang dan Allah menjanjikan kedatangan Nabi Muhammad saw”, hal ini diterangkan oleh Nabi Allah Isa.

Dengan demikian, tauhid bisa dipelajari melalui kalimat syahadat atau 20 sifat yang wajib dari Allah atau dari asmaul husna.

Al Imam Sayyid Sabbiq di dalam kitabnya, mengenalkan metode tauhid dalam mengenalkan kita kepada Allah melalui asmaul husna. Di dalam asmaul husna, Allah mengenalkan dirinya kepada makhluk-Nya. Hal yang pertama dalam mengenalkan Allah kepada alam semesta melalui pernyataan “Inni Anallah”, sehingga Allah menamakan dirinya Allah. Aku adalah tuhanmu dan Aku adalah Allah. Lafadz Allah adalah lafadz dari Allah sendiri, bukan dari Jibril atau siapapun. Sehingga Allah sangat suka apabila ada hamba-Nya yang berdoa dengan kalimat “Allahuma”. Begitupun yang dicontohkan oleh Rasul saw, beliau banyak berdoa dengan menggunakan kalimat “Allahuma”.

Asmaul husna terdiri dari 99 nama Allah, namun demikian ada beberapa tafsiran yang menjelaskan bahwa asmaul husna ada 100 nama bersama dengan kalimat “Allah”. Rasulullah saw menyatakan bahwa Allah menyukai hal yang ganjil.

Apabila ada orang yang menyatakan mengapa nama Allah hanya 99, kenapa tidak bisa lebih dari itu dengan anggapan bahwa nama Allah itu terbatas. Maka di dalam menanggapinya adalah biarkan saja mereka dengan pendapatnya karena memang Allah itu tidak terbatas dengan apapun.

Adapun para ulama yang memberikan pelajaran tauhid dengan cara memberikan ayat-ayat di dalam Al Qur’an mengenai Allah. Sebagai contoh di dalam surat Al Ikhlas dan ayatul kursi.

Di dalam QS. Al Ikhlas Allah berfirman :
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlas, 112:1-4) . Di dalam ayatul kursi dijelaskan bahwasannya :

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah, 2:255)


Di dalam penyebutan asmaul husna pun para ulama memiliki perbedaan pendapat. Ada yang menyebutkannya dengan “Ya Rahman, Ya Rahim…..”, adapun yang menyebutkannya dengan “Ar Rahman, Ar Rahim…..”. Diantara keduanya, kalimat yang lebih sopan dalam pengucapannya adalah dengan “Ar Rahman, Ar Rahim….”, kecuali di dalam berdoa. Apabila kita akan menyebutkan nama Allah dengan “Ya Rahman, Ya Rahim” maka akan lebih baik diikuti dengan kalimat “Jalajalalluh” yang artinya Yang Maha Agung. 

Seperti dicontohkan oleh Allah SWT, Allah memanggil Muhammad dengan kalimat “Ya Ayyuhan nabiyyu” dan tidak dengan kalimat “Ya Muhammad”, tidak seperti kepada nabi-nabi yang lain seperti “Ya Musa, Ya Ibrahim…”. Begitupun panggilan Allah kepada orang yang beriman “Ya Ayyuhaladzina amanu”. Hal ini menjelaskan bahwa Allah memanggil dengan kalimat yang begitu sopan kepada Nabi Muhammad saw dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain. sehingga kitapun harus belajar menyebut atau memanggil nama-nama Allah dengan panggilan yang paling baik dan paling sopan.

Wallahu alam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar